Sahabat Kang Adin Rahimakumullah...
Berikut ini akang sampaikan salah satu kiriman dari hamba Allah, yang mana beliau merupakan salah satu anggota Komunitas kami yang telah berhasil mendapat manfaat dari ketekunannya sebagai pengamal dan Pengguna Ilmu Karomah Wahyu Agung Ayat Singgasana Asma Nur Wahid (Asma Tunggal Sejati)..
Selamat membaca dan semoga kita bisa mengambil hikmah dari pengalaman spiritual beliau, aaamiiin..
Pengalaman
yang Ana akan ceritakan ini tidak bermaksud untuk menggurui, apalagi
takabur, riya, dan menyombongkan diri. Tapi, mudaha-mudahan saja mitra bisa mengambil hikmah dan manfaatnya bahwa
ternyata mempelajari ilmu Allah SWT, tidak semudah menjentikkan jari. Apalagi
Ana sendiri, waktu pertama kali
dikenalkan dengan ke Ilmuan ini, tidak muncul dari ke inginan sendiri, tapi
karena ikut-ikutan diajak oleh kakak dan 3 teman lainnya, sungkeman ke Guru
Pertama asatid, yaitu : Guru Ust. Dadang Hermawan, di Di
Kampung Cikawung, Ci heulang Ciparay Bandung.
Masih
ingat pada kali pertama Ana diperkenalkan padanya, kakak
bilang, “Tolong Pak Ustad, ajari
adik saya ini Karomah Wahyu Agung Ayat Singgasana Asma Tunggal Sejati, supaya
hidupnya berubah jadi anak yang baik, tidak urakan lagi. Jadi rajin beribadah, dan hidupnya barokah.”
Ana sangat
malu sekali saat itu, karena ketahuan belangnya oleh semua orang. Tapi, singkat
kata, alhamdulilah sang guru menerima dan lantas meng-ijazahi Ana dengan ke ilmuan tersebut.
Terus
terang, begitu pertama kali Ana
dikasih amanat untuk melaksanakan
Riyadhah ke Ilmuan tersebut, sangat bingung dan malas sekali. Bahkan nyaris
mengerjakannya asal-asalan, tapi untunglah kakak, abah, dan umi, selalu setia
mengawasi dan memperhatikan Riyadhah yang Ana
lakukan.
Riyadhah
yang Ana
lakukan itu tidak serta merta berjalan mulus, tapi sampai di ulang
tiga kali riyadhah saking nakalnya. Riyadhah pertama selama 40 hari,
gagal di hari ke 7. Riyadhah ke 2 gagal lagi karena malas di hari ke 21, dan
baru Riyadhah ke 3, alhamdulilah nyampe ditujuan, genap 40 hari tuntas, meskipun sambil
engap-engapan.
Waktu
sungkeman lagi ke Guru, untuk penilaian hasil Riyadhah yang Ana lakukan, guru
bilang, “Kamu harus
bersungguh-sungguh dalam melakukan Riyadhah ini. Kamu harus ikhlas, sabar,
tawakal, istiqomah supaya mendapatkan hasil tumaninah, barokah dunia akhirat.
Minta maaf kepada orangtuamu, karena mereka sangat berkeluh kesah kepadamu selama ini. Jangan
begitu, jadilah anak yang sholeh dan barokah.”
Katanya lagi, “Teruskan lagi
Riyadhahnya, karena kamu belum maksimal thaharohnya, ulang lagi Riyadhah selama
40 hari. Dan laksanakan riyadhah seperti biasa, barengi dengan melakukan
tirakat shaum sunat Nabi Daud minimal sampai selesai 40 hari maksimal sampai 5
tahun sesuai jumlah weton kelahiran ana [ Lahir Minggu, weton 5 Tahun].
Kerjakan dengan Ikhlas, sabar, tawakal dan husnudhon selalu kepada Allah SWT
dan mahluknya, karena dari mulai sekarang kamu akan di uji dan di tempa oleh
berbagai macam ujian. Yakinlah, jika kamu Ikhlas, sabar, istiqomah dalam
ibadah, husnudhon dalam menghadapi semua ujian, yakinlah kamu pasti bakal lulus
muridku.”
“Abu doakan dari jauh, selamat
mendirikan pondasi Rumah ibadah yang kuat, Jadikan sholat yang khusu sebagai
tiang ibadahnya, pagari dengan Shaum yang sabar sebagai temboknya, naungi
atapnya dengan suka bersedekah. Harumkan dan hiasi pekarangan rumahnya dengan baca Al qurán, beramal dengan ikhlas dan mutaba-ah .” katanya lagi.
Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam kerugian. Dan inilah yang pertama terjadi, akibat Ana lalai tidak
mematuhi nasehat dan amanat dari guru, ujian berupa hukuman pun
mulai membayangi kehidupanku. Walaupun ini bukan satu-satunya alasan berat yang
menyebabkan Ana mangkir dari tanggungjawab, dan karena alasan sibuk menyelesaikan
kuliah komputer di Bandung, ahirnya amanat dan perintah guru supaya istiqomah
dalam riyadhah, semuanya jadi terlupakan.
Ujian peringatan pertama yang Allah SWT turunkan
kepadaku, terjadi ketika Ana selesai
kuliah dan berencana menikah. Keputusan yang salah dan sikap urakan sepihak yang diambil Ana waktu
itu ( telah memutuskan pernikahan setelah bertunangan, akibatnya menyulutkan
api kemarahan yang membara dari pihak yang dirugikan) ternyata menyeret
Ana harus kembali lagi menghadap guru ana dan harus ber-takhali, serta bermusabah
kembali dengan ke Ilmuan Asma
Nur Wahid yang hampir terlupakan.
Guruku bilang, “Syukurlah
kamu datang lagi ke sini. Tindakan
yang kamu telah lakukan itu sangatlah salah. Bersihkan kesalahanmu yang lalu
dengan berbuat kebaikan dimasa datang. Kalaulah kamu sekarang menerima akibat
dari perbuatanmu yang lalu, terimalah dengan rasa rumasa dan berkhusnudhonlah
kepada semua orang. Sebaiknya kamu melakukan Riyadhah kembali dengan lebih
khusu dan ikhlas, karena kamu punya tugas yang berat kali ini, bukan Cuma harus
memperbaiki akhlaq kamu, tapi kamu juga harus memperbaiki dan mengobati ibumu
yang saat ini lagi sakit keras. Hanya kamulah yang harus menyelesaikannya...”
Mitra, Sejak Ana memutuskan
pertunangan sepihak, ibuku mendadak
sakit keras. Kata dokter ibuku normal, dan sehat wal afiat. Tapi, kenyataanya
ibuku menderita sakit yang sangat aneh, bila waktu malam tiba, dari waktu Maghrib
sampai tengah malam, badanya tiba-tiba menggigil kedinginan, napasnya
ngos-ngosan dan matanya melotot seperti sedang ditenggelamkan ke dalam air.
Semua upaya telah keluarga lakukan untuk mengobatinya, termasuk mendatangkan
dokter, dan orang pintar, hasilnya tetap tidak memuaskan. Dan, setelah Ana silaturahim
lagi ke guru, hijab pun terbukalah. Ternyata ibuku terkena santet, akibat
ulahku sendiri. Dan harus ana sendirilah
yang mengobatinya.
Kali ini Ana kapok, dan mulai
percaya kepada Ilmu Allah SWT. Sejak saat itu ana mulai memperbaiki prilaku
yang urakan, ana juga mulai bersungguh-sungguh beribadah melakukan Riyadhah
menyempurnakan ilmu Allah SWT yang ana dapatkan dari guru. Bahkan ana juga
melakukan perjalanan musafir tolabul ilmi ke berbagai tempat ( guru yang domisilinya dekat seperti : [KH.
Ali Imron, KH. Ohan Burhanudin, KH. Yaya Hudaya, Ust. Ujan Dian], guru yang
domisilinya jauh: Ust. Dedin, KH. Hasan Ma’ruf, KH. Araudin, KH. Rukmana], menemui
orang pintar untuk meminta nasehat, ilmu, serta doánya agar urusan ana untuk
menyembuhkan ibu yang sakit cepat terkabul.
Seiring waktu berjalan, Shaum Daud
pun ana laksanakan sesuai perintah guru. Selama 2,5 tahun ana melakukan laku
prihatin dan membersihkan hati untuk mendapatkan ridho Allah guna kesembuhan
ibuku, dan Alhamdulillah Allah SWT menjawab doaku. Allah SWT memberikan hidayah melalui mahluknya
yang sholeh kepadaku, hingga ana bisa menjinakkan sihir yang mencekik dan
menenggelamkan ibuku dalam penderitaan sihir jahat selama 2,5 tahun. Waqul
Jaa-al haqu wa jahaqol bathil innal bathila kana jahuqo...Alhamdulilah,
sejak hari itu ibuku sembuh. Ya makbul
Ya Allah.
Hikmahnya, mitra, sejak saat itu ana semakin yakin kepada
Allah SWT dan kepada Ayat-ayatnya yang sempurna. Semua wahyu Allah SWT yang
tersurat, dan tersirat dalam Al qurán
yang agung, demi Allah, demi Rosulullah sangat benar ! Al qurán bisa dijadikan
penolong untuk mengatasi semua masalah dalam kehidupan, baik urusan dhohir
maupun bathin. Urusan yang terang, maupun tersembunyi. Yakinlah, Barang siapa
bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya Pertolongan/ rezki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu.
Hikmah lainya mitra, nikmat keduniawian tidak lama setelah itu
ana dapatkan. Ana di anugerahi istri yang sholeh, keturunan seorang kyai di
desa seberang tanpa bersusah payah. Bahkan ana pun dianugerahi tanggung jawab harus
bakti kepada ayah mertuaku, membatu mengurus pendidikan yang ayah mertuaku
bangun, selama minimal 12 tahun, atau sampai anak-anaknya mampu memegang amanat
tanggungjawab tersebut, [seperti layaknya nabi Musa AS, ketika ditikahkan kepada
Anak putrinya seorang nabi , beliau pun harus berbakti membantu ayah mertuanya
selama 12 tahun], sampai ahirnya ana pun
harus undur diri karena perintah Allah SWT, untuk melaksanakan perintah
berdakwah di kampung sendiri. Semua kenyamananpun ana tinggalkan, ana pulang
kampung bersama istriku, dan mulai membagun maqom tempat mukim di atas tanah
bekas caringin runtuh, di Kampung Pamoyanan Desa Cikitu Kecamatan Pacet
Kabupaten Bandung. (Maaf, kami sembunyikan identitas dan alamat, serta Photo pelaku, demi kebaikan pelaku /pengamal)
Dan
inilah babak baru bagi kehidupan ana dan keluarga memulai kehidupan lagi dari
awal, dan ini merupakan perjalanan spiritual yang sebenar-benarnya. Di sinilah
kami sekeluarga hidup, berdakwah sesuai kemampuan, dan berusaha untuk selalu
bergaul menebar kebaikan dan berkhusnudhon kepada tetangga dan kaum kerabat.
Sampai akhirnya, ana dipanggil lagi oleh guru secara khawatif untuk menerima ijazah
Karomah Ilmu Wahyu Agung Singgasana Asma Tunggal Sejati tingkat Senior, bi idnilah, biquwwatilah, biqudrotilah, bi
ijjazatilah, bi syafa-ati Rosulilah...
Semoga bermanfaat...
]
0 Comments